Mengikuti momentum wisuda memang memiliki kesan tersendiri. Menyaksikan mahasiswa yang dahulu dengan wajah polos dan lugunya masuk kelas. Mencoba mengerti apa itu kuliah dan mata kuliah. Lalu memandang mereka hilir mudik di kampus. Berinteraksi dengan aku atau teman-teman mahasiswanya. Wajah yang nyaris tiap semester tetap bertambah dewasa hadapi kuliah. Kemauan dan kemauan kuliah yang kembang-kempis layaknya sebuah keniscayaan. Dan kini, mereka berdiri dengan baju yang rapih dan mentereng hendak di wisuda. Ada suka ria dan keharuan aku jadi anggota yang melengkapi kebahagiaan mereka diwisuda.
Ada pun doa dan harapan yang terucap sunyi di dalam hati untuk kesuksesan mereka. Wajah-wajah bersuka cita mendapati akhir belajar mereka pasti jadi moment yang tidak sanggup dilupakan begitu saja. Berdandan dengan cantik dan memakai pakaian dengan amat rapih para wisudawan jadi perihal yang umum ditemui jasa tesis kedokteran.
Belum lagi mengabadikan moment wisuda dengan teman, kerabat, keluarga dan calon pasangan terhitung jadi ‘ritual’ tersendiri. Orangtua mahasiswa pun terhitung mengucap kesyukuran dengan anaknya sudah lulus S1. Menghadiri dan turut berfoto dengan wisudawan terhitung perihal yang tidak terlewatkan. Dimana foto-foto dengan toga ini nanti bakal hadir di tembok rumah atau album. Menjadi sebuah moment share kebahagiaan dan kesyukuran baik dari wisudawan atau orang-orang dekatnya.
Bersiaga, Menyambut Karir Tentunya, dosen atau guru sekalipun bangga memandang mahasiswa atau siswanya lulus dan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Dan di dalam wisuda, mahasiswa sudah pasti sanggup melanjutkan karirnya ke dua bidang. Pertama, melanjutkan belajar ke S2. Bagi mahasiswa yang amat cinta ilmu, melanjutkan S2 sudah pasti jadi prioritas utama. Membekalli diri dengan pengetahuan yang lebih dari cukup. Untuk kemudian melanjutkan karir sebagai guru, dosen lebih-lebih peneliti. Dan selalu yakin bahwa ada karir yang baik untuk mereka sesudah lulus S2 lebih-lebih S3.
Jika ilmunya sudah jadi spesialisasi, sudah pasti ada bidang atau industri yang perlu ilmunya. Sebuah perihal yang perlu selalu jadi kepercayaan para pelanjut belajar S2.Kedua, wisudawan sudah pasti sanggup menjajal langsung dunia kerja. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman sepanjang kuliah di dunia kerja. Walau bisa saja bidang pekerjaan mereka sanggup saja tidak sama dengan spesialisasi kesarjaanaan yang dipunyai.
Pengalaman kuliah dengan segala tekanan saat tugas sudah pasti sanggup jadi pelajaran berarti. Betapa di dunia kerja tekanan (pressure) untuk menyelesaikan satu pekerjaan pun ada, lebih-lebih banyak. Juga pengalaman menjalin komunikasi dan birokrasi saat kuliah. Baik komunikasi akademik dengan dosen. Atau mengerti jalan birokrasi dan administrasi dengan Kaprodi, dan unit-unit lain kampus. Tentunya mengimbuhkan nilai bahwa komunikasi di dunia kerja pun perlu dijalin dengan sabar dan konsisten. Dunia kerja bukanlah dunia yang semudah dunia kampus.
Bahkan wisuda adalah sejatinya awal perjuangan hidup untuk mahasiswa. Karena saat mereka lulus, ujian hidup baru saja datang. Ada tuntutan keluarga untuk wisudawan untuk sanggup cepat bekerja. Belum lagi kerja yang diinginkan perlu baik, bergaji lumayan. Atau setidaknya pantas untuk dipandang tetangga atau anggota keluarga lainnya. Mencari pekerjaan yang layak dan cocok permohonan tidak semudah membalik telapak tangan. Kecuali, seseorang yang berasal dari keluarga pemilik perusahaan. Mencari kerja layaknya mengorbankan idealisme dan menyerah pada realitas. Menjadi sarjana sudah umum dan banyak sekali di dunia kerja.
Namun jadi sarjana dengan keahlian spesifik dan memiliki life skill yang baik, ini yang dicari banyak bidang pekerjaan. Dan seutuhnya dilatih dan didapat saat di bangku kuliah, lebih-lebih jauh sebelumnya. Proses yang lama dan melelahkan sudah pasti perlu ditempuh. Berpangku tangan dan menyerahkan mencari pekerjaan kepada orangtua, sebabkan hidup tidak lebih berwarna. Lulusan yang mencari pekerjaan sendiri dari nol lantas jadi sukses di bidangnya.
Tentunya memiliki banyak cerita yang sanggup diceritakan. Bahkan sanggup jadi motivasi spesifik untuk sebagian orang. Berbeda rasanya jika semua di-handle orangtua. Dan semua keputusan karir dan kehidupan semua menunggu sesudah mahasiswa wisuda. Sebuah pengharapan bakal semua yang baik sudah pasti aku haturkan dengan tulus.
Tinggal lulusan nanti mau kemana. Kedewasaan dan kemandirian ditempa semaksimal mungkin. Mereka yang menyerah saat beranjak saat merea selesai diwisuda. Sulit rasanya menkmati kesuksesan di era depan. Siapkanlah diri untuk langsung bersiaga menyiapkan mental dan kapabilitas berkompetisi di dunia kerja. Berbahagialah, tetapi jangan amat terlarut dengan bahagia ria.